Kamis, 01 Juli 2010

Puisi

Berikut ini merupakan kumpulan puisi dari kader PII yg sekarang menjabat di PW PII Kalimantan Selatan, sdr Rahmadani :

Semua Ada
Hari yang kita anggap berlalu dengan cepat
tidak begitu cepat bagi orang - orang yang selalu hidup dengan waktu

Hari yang kita anggap sempit
tidak begitu sempit bagi orang - orang yang selalu melapangkan waktu

Hari yang kita anggap begitu lama
tidak begitu lama dari waktu kita hidup di dunia

Waktu bisa berubah dan dapat kita nikmati
Jika kita selalu menggunakan waktu dengan Tuhan mu

Saat Ku Buka Mata
Selamat datang hidupku
Sekarang …

Aku mulai memintal benang - benang rajutan hidup
yang akan mulai kujahit di kehidupanku
Kini dan Seterusnya

Sambutlah segenggam benang kusut ini
dengan senyum dan kesabaran

Hampa
Gelap
tak nampak
tak ada sedikit pun cahaya yang ku dapat

Kurasa
tak ada arti
meski kau berlari kau takkan bertemu dengan tujuanmu

Mati
tak berharga
apalagi manusia yang selalu menuhankan hidupnya dengan kemudahan

Esok
Sang surya mulai menampakkan senyumnya
Sang petarung maut pun muali menyiapkan ancang - ancang
untuk menantang maut

Saat mentari mulai menyongsong hidupnya
Si kuli telah selesai dengan tugasnya
dan akan memulai tugasnya di esok hari
Namun sebelumnya ia harus siap
dengan rintangan yang pasti akan ia jumpai

Ternyata rintangan itu terlalu mudah untuknya
Namun dalam kemudahan itu ia dapatkan dengan bantuan Kekasihya juga
Akhirnya rintangan pun telah berhasil terlewati
dan kemudian bagaimanakah pertarungannya di esok hari

Apakah menyenangkan atau menyedikanku?

Aku Bertanya
Alam sudah lama bersama kita
Bahkan dia ada sudah hidup jauh sebelum kita
Dan telah lama menunggu kedatangan kita
Apa yang kita lakukan ketika kita berdiri di atas bumi ?
Apa yang kau buat di dunia ini ?
Apa yang kau berikan buat seisi bumi ?

Kebaikan … Keburukan …

Harapku
Deru hujan di sore hari
Kini mulai reda
Udara yang smakin dingin seiring redupnya sinar mentari

Malam kian sunyi
Suara burung di tepian kota
Sekarang berganti suara jangkrik dan katak yang sedang menyanyi

Suara angin yang berbisik di hati
Seakan mengajak diri ingin bercinta
Meminta semua … semua … semuanya
Apa saja yang aku pinta, pasti dijawab-Nya

Namun kapan saatnya itu terjadi ?
Ah … aku hanya bisa berharap secepatnya …


Hidup Ini Indah

Hargai apa yang ada pada diri kita
Ingatlah bahwa semua ini milik-Nya
Desiran ombak dan hembusan angin di pantai
Untaian kata - kata ilahi
Pasti berasal dari sang Pencipta

Itulah yang patut kita syukuri dan hargai
Namun dengan syukurpun tak berarti apa - apa
Iinilah sesuatu yang harus kita renovasi

Istana yang megah namun penuh pembelotan
Negara yang dulu damai kini terpecah belah
Dan semua ini …
Akan terus berjalan tiada rasa letih
Hingga usia kita sendiri yang akan menjemput hidup kita

Tangis Negeri
Ha
Ha … Ha
“………………”
dunia sepi
kini sudah musnah
buliran debu merunggut awan dunia
nafsu rindu sudah terbakar semuanya
akibat ocehan manusia - manusia tak bernyawa
hancurkah hatimu … katamu tidak … aku tidak percaya
kau merenggut dunia
dunia yang penuh dengan jutaan kata
dan seribu nestapa
segalanya, seisinya, hidupnya, hancurnya, milik-Nya.
karena kelakuan
burukmu
M ati
m A ti
ma T i
mat I
Tanah Airku


Lahan Akhirat
Risaukah anak cucu Adam

Melihat segala apa yang ada di hadapnya hanyalah darah dan panah
Yang menghiasi semua lahan itu hanyalah pasir dan debu
Neraka sudah di tangan mereka
Janganlah Saudara takut akan kezaliman
karena …
Neraka adalah buahnya dan Surga adalah kepayahan di dunia
dan Dia adalah penentu “………”


Saudaraku
AllahuAkbar… AllahuAkbar…
AllahuAkbar… AllahuAkbar…
Buliran laut menusuk pori - pori
Gunungan sutra makin meninggi
Itu untuk para bangsawan

Rumput ilalang yang basah
Kini merunduk
Bersujud, kepada kekasihnya

Greng… Greng…
Asap mengepul di atas dunia
Debu - debu berterbangan
Menyelimuti seluruh porinya

Lirik yang merdu selalu mengalun
Menghibur para pemalas
yang tak tahu bagaimana caranya bersyukur
Seharusnya mereka
yang melayani kekasih Tuhan

inilah hubungan manusia dengan saudaranya


Perang
ketika Kau berjalan
Genderang hidup sudah dimulai
Kobaran hati mulai menyala
Jutaan busur mengarah kepadamu
dan, Mata pedang mulai menikan hatimu

ketika Kau berlari
Ribuan jiwa berharap kepadamu
Ratusan hati mengincar kepalamu
Puluhan jiwa mendambakan hidupmu

Itulah Kau …
Karena dirimu adalah Pelita Semua
Semua orang yang hidup pada
Negerimu …

Dunia Manusia
Angin yang sendu mengalun syahdu
Tetesan berlian dari syurga
Aliran madu di sela - sela Dunia
Bulan, Bintang bersembunyi di balik awan kelabu

AllahuAkbar …
AllahuAkbar …
Angin perlahan masuk pori - pori
Gunungan sutra mulai beranak
Hak dan Kewajiban mulai kelabu

Greng …
Greng …
Suara mesin mulai bersorak
Terasa sesak, terasa pengap
Udara dunia yang dahulu syurgawi
Menjadi debu dan caci maki

Inikah …
Jarak Manusia dan Dunia?

Suasana di kota santri

Suasana di kota santri