Sabtu, 16 Februari 2008

SEJARAH BERDIRINYA PII KALIMANTAN SELATAN

Di bawah ini adalah tulisan asli Kanda Arsyad Manan
yang kami kutip* dari lembaran
“Buku Kenang – kenangan Harba PII ke 28 (4 Mei 1975) di Banjarmasin” dan diserahkan oleh seorang Keluarga Besar PII Kalsel yaitu
Kanda Bambang Pujiarto.

SEKILAS – KILAS BERDIRINYA PII
DI KALIMANTAN SELATAN

Biarpun sejak mulai berdirinya PII di Banjarmasin, Pebruari 1951 “Bagaikan kerakap tumbuh di batu, hidup segan mati tak mau”, namun mulai 1953 s/d 1962, PII di Kota ini khususnya dan seluruh cabang2 nya di daerah Kalimantan Selatan umumnya mendapat kemajuan yang pesat sekali.

Bayangkan saja ! Diseluruh Sekolah Lanjutan Pertama dan Atas di Daerah Kalimantan Selatan ini, yang Swasta atau Negeri, se – kurang2nya 60 persen diantara murid2nya menjadi anggota PII yang setia. Jika sekolah agama, PGA atau lainnya, hampir seratus persen para muridnya sebagai anggota PII, kecuali Madrasah Darussalam Martapura kurang dari yang diharapkan .

Ketika jaya2nya Perkampungan Mulawarman semasa dibawah pimpinan Bapak Milono (almarhum) dan Bapak A.P. Aflus, tahun 1955 – 1960, maka PII memegang peranan penting, berpengaruh sekali pada Pusat Pendidikan dan Perguruan tsb.

Bagi saya yang pernah keliling beberapa kali pada hampir keseluruh pelosok Negara kita ini, begitu juga pengakuan tamu2 dari luar Daerah yang berkunjung kekota ini dan sebagainya menginap dirumah saya, dapatlah satu kesimpulan, bahwa : Kemajuan PII Kalimantan Selatan ketika itu tidak ada tolok bandingnya diseluruh kepulauan kita yang luas ini, hatta di Ibu Kota Negara kita sendiri, Jakarta Raya.

Bersyukurlah kita ke Hadirat Allah Yang Maha Esa, karena dengan kemajuan PII diwaktu itu, banyaklah pengorbanan dan jasa baik yang di taburkan oleh PII kepada rakyat, masyarakat, Pemerintah terutama sekali dibidang Pendidikan, Da’wah Islamiyah, Perkembangan Agama dsb. nya.

Maka bagi PII generasi kini dan mendatang,sudah tentu banyak mengucapkan ribuan terima kasih yang tak terhingga atas pengorbanan dan perjuangan PII wan dan PII wati dimasa – masa itu, yang dapat menghantarkan PII kemasa Jaya dan keemasannya . Kepada tokoh2 PII yang sudah berpulang Ke Rahmatullah, begitu juga pada anggota2 PII lainnya yang mendahului kita, marilah kita do’akan bersama2 agar ruh2 nya di lapangkan Allah, diberi – Nya rahmat dan maghfirah , dimasukkan – Nya kedalam Syurga dan Ni’mat – Nya, dijauhkan – Nya dari Neraka dan Siksa – Nya. A m i n .

Dari ingatan sepintas lalu, tidak kurang dari ratusan tokoh2 PII yang masih hidup. Diantaranya banyak yang menjadi Dosen, mengajar di Luar Negeri, kecentol di Luar negeri, ada pula yang sudah bertitel Dokter, Ir, sarjana Pasti Alam yang jarang sekali terdapat, ada pula yang memegang peranan penting di Pemerintah Pusat, di Kementrian, Pada Pemerintah Daerah dsb.nya, ada pula sebagai sastrawan, budayawan dan sebagainya.

Bayangkan saja. Berapa ratus ribukah anggota2 PII ketika jayanya itu, padahal menurut ingatan yang hanya sepintas saja, yang bagi saya masih ingat nama2 nya dan bentuk manusia2nya tokoh2nya saja sudah berbilang ratusan, tokoh yang militant, yang brilliant, yang hidup dan kehidupannya tidak bangga keatas dan tidak canggung kebawah.

Adalah satu kewajiban dari sdr/sdri sekarang ini dan yang akan datang untuk meneruskan amal perjuangan PII yang telah lalu itu, apalagi melebihi hasil dari perjuangan mereka. Ini harapan kami yang tua – tua, dan tentu pula inilah juga harapan dan tekad sdr/sdri sekalian.

Mandat Pertama.
Biarpun saya bukan pelajar lagi, karena sejak tahun 1935 sudah meninggalkan bangku sekolah Darussaalam Martapura sesudah setahun belajar disana, tapi ketika saya berada di Jogjakarta, Desember 1949 memenuhi undangan Kementrian Penerangan R.I. untuk menghadiri Pemilihan Presiden RIS dan Pelantikannya dan menghadiri Penyerahan Kedaulatan di Jakarta, yanh ketika itu di Jogja berlangsung juga Kongres Umat Islam Indonesia yang diorganisir oleh BKMI (Badan Konres Muslimin Indonesia) yang juga saya hadir sebagai wartawan, namun tokoh2 P.B.PII yang terdiri dari Anton Timur Jailani (kini sudah Haji dan menggondol M.A. di A.S.) Yusdi Gazali (kini sudah Haji dan S.H.) dan Adnan Syamni (kini sudah S.H.) menyerahkan juga mandat untuk membentuk PII di Kalimantan.

Sesudah tiba di Banjarmasin minggu pertama Januari 1950, maka tiga bulan sesudah itu barulah dapat menawarkan Mandat dari PB.PII. Ma’afkan terlambat “menawarkan”, karena setibanya dirumah sore hari, lepas Magrib saya “diundang” oleh Penguasa Militer R.I. Let.Kol.Sukanda Sratamanggala beserta dua tokoh pejuang lainnya, Ahmad Ruslan (almarhum) dan Kolonel Zakaria (almarhum).dan Tiga bulan sesudah itu, barulah dilepaskan dari “pemeliharaan yang berwajib (karena didakwa akan berontak) dan ketika inilah baru mulai menjalankan tugas dari PB. PII.

Ternyata sedikit sekali pembelinya. Maklum saja. Karena sekolah2 ketika itu baru dalam penertiban, dan ada pula yang baru dibangun.

Mandat Kedua.
Januari 1951, ketika menghadiri Kongris MASJUMI ke V 27 – 31 Januari, saya berada kembali di Jakarta.

Di Kantor P.B. PII yang menumpang dengan kantor MASYUMI (kini ditempati oleh Penerbit/ Toko Buku BULAN BINTANG) Kramat Raya , untuk kedua kalinya diserahkan lagi Mandat PB PII untuk membentuk PII di Kalimantan. Bukan Kal – Sel saja karena waktu itu seluruh Kalimantan hanya merupakan 1 propinsi.

Ketika inipun sungguh payah sekali mencari “ pembeli “. Hanya beberapa pelajar SMP Muhammadiyah di Komplek Perguruan Muhammadiyah yang ketika itu bertempat di “ Militairweg “ yang berseida menjadi anggota pendiri. Ditawarkan kepada SMIP (Sekolah Menengah Islam Pertama) baik murid2nya dan guru2 nya untuk sementara belum bersedia memasuki PII, padahal rencana semula SMP Muhammadiyah dan SMIP inilah sebagai pelopor pertama.

Maka Pertengahan Pebruari 1951 bertempat disebuah ruangan Sekolah Muhammadiyah, dengan dihadiri oleh tidak sampai 10 pelajar, diadakanlah perundingan untuk membentuk PII. Hadir ketika itu yang saya masih ingat, ialah Hikmatullah Thaib ( kini pegawai teras Kantor Agraria Prop. Kal. Selatan ) Abdurrachman Ismail (kini Drs.Dosen FKIP Unlam Banjarmasin) Nur Khalis Bakry ( kini B.A. Kepala Douane tarakan ) Syamsiwal Qamar ( bekas wartawan harian ABADI ), Masrani, kini Montir Radio, seorang Arab lupa namanya. Dan entah siapa lagi, benar2 lupa.

Dengan beberapa perhitungan dan tekad yang bulat. Dibentuk jugalah Cabang PII Banjarmasin ketika itu, diketuai oleh Hikmatullah Thaib, penulisnya Nur Khalis Bakry. Beberapa “ gelintir “ anggota lainnya kesemuanya sebagai pengurus dan sebagai Ketua seksi2.

Permulaan tahun 1952 beranggotakan puluhan orang, akhir tahun 1952 beranggotakan ratusan orang. Bagi SMIP biarpun muridnya hampir seribu orang, seorang juapun belum ada yang memasuki PII.

Tahun 1953, kemajuan PII menanjak terus, dan ketika ini berdirilah Cabang2 di Martapura, Rantau, Pleihari, Kandangan, Barabai, Amuntai dan Kotabaru.

Kedatangan Ahmad Muzakkir.
Mendekati Pemilihan Umum yang pertama 1954, kemajuan PII menanjak sekali. Apalagi sesudah tibanya sdr. A.Muzakkir seorang bekas pembangun PII Yogyakarta, kedatangan ke kota ini sebagai Guru PGA Negeri, maka kemajuan yang sudah menanjak makin bertambah naik dan amat pesar sekali.

Pada Pemilihan Umum yang pertama itu, (DPR dan Konstituante) PII dapat juga dikatakan mempunyai andil yang besar dari kemenangan Partai Islam, teruatam partai MASYUMI.

Sesudah PII mendapat kemajuan sampai kepuncaknya, tahun 1957 PII men dapat cobaan besar. Diluar dugaan sama – sekali satu golongan yang sudah merencanakan jauh sebelumnya dengan rencana yang menurut “keyakinan” golongan ini “pasti” berhasil, ialah adanya satu usul yang dimajukan dalam Kongres Pelajar se Kalimantan yang berlangsung di Perkampungan Pelajar MULAWARMAN : “Pelajaran Agama supaya tidak diajarkan lagi pada sekolah2 sejak dari Sekolah Rakyat, Lanjutan dst.nya”.

Ketika saya berada di Makassar, biarpun hubungan surat – menyurat senantiasa tetap ada antara saya dengan PII Cabang/Wilayah, namun tak sampai hati juga bagi saya kalau tidak berhadir dalam Kongres Pelajar se Kalimantan yang merupakan “ tobe or not to be” bagi Pelajar Islam dan Ummat Islam Kalimantan umumnya.

Dari lapangan terbang saya langsung saja terus menuju Medan Kongres di Mulawarman. Debat punya debat, hearing punya hearing, akhirnya usul mereka tertolak. Malah terjadi sebaliknya, karena usul demi usul dari PII diterima Kongres.

Lagi – lagi cobaan
Permulaan Pebruari 1960, di kota ini diadakan Musyawarah Besar antar Organisasi/Mahasiswa/Pelajar se Kalimantan Selatan Untuk mengkadapi Kongres Pemuda yang berlangsung di Bandung 14 s/d 21 Pebruari 1960

Dengan dipelopori oleh “ Pemuda Rakyat “ Onderbou langsung dari PKI, dengan mendapat sokongan dan dukungan sepenuhnya dari Organisasi Pemuda/pelajar/Mahasiswa non Islam, dimajukanlah beberapa usul yang bertentangan dengan idiiologie Islam, antara lain menentang diadakannya pelajaran Agama disekolah2 sejak dari S.R. hingga ke Fakultas.

Maka PII lah yang berani maju menentang usul2 yang bakal merugikan perjuangan Ummat Islam ini. Alhamdulillah maksud mereka tidak berhasil. Perdebatan bukan hanya pada sidang2 , tapi juga sampai ke Surat2 kabar di kota ini.

Banyaklah lagi cobaan2 yang ditunjukkan kepada Pelajar Islam, Mahasiswa Islam dan Ummat Islam umumnya di daerah Kalimantan Selatan ini, tetapi karena kegiatan PII, maka cobaan2 tersebut senantiasa tidak berhasil. Akan terlampau panjang sekali kalau disini diuraikan satu persatu, biarpun dengan serba singkat saja.



Pengiriman Pelajar ke Luar Negeri.
Sejak tahun 1955 -- 1961, PII Kalsel dengan perantaraan AFSIS (American Field Service International) yang berpusat di Amerika Serikat, dipercayakan pula mengirim pelajar Sekolah Lanjutan Atas ke Amerika Serikat selama setahun. AFSIS didaerah sini dipercayakan mengurusnya kepada Arsyad Manan, Ibrahim Aman S.H. dan Pardie Junaid (almarhum). Tidak kurang dari 10 pelajar dari daerah ini yang beruntung belajar selama 1 tahun ke Amerika Serikat. Pernah pula PII Kalsel menerima tamu pelajar dari Luar Negeri, yang dikirim oleh AFSIS Amerika Serikat, pada tahun 1962. Namanya Cathy Pice, selama 1 bulan dipercayakan bertempat tinggal dirumah Arsyad Manan Seberang Mesjid Banjarmasin. Sesudah itu AFSIS dibubarkan oleh Orla. Dengan siapa AFSIS ini diserahkan sesudahnya, kabarnya hidup kembali, Wallahu ‘ alam.

Perkembangan selalanjutnya.
Hingga tahun 1962, PII masih tetap jaya. Sesudah itu ketika Regiem Orla makin menampakkan kekuasaannya, maka langkah PII agak terhalang, malahan dihalang-halangi.
PII dan HMI nyaris saja dibubarkan oleh Regiem Orla. Untung saja tidak terjadi. Percaya saja, jika dibubarkan, akan sulit dapat hidup kembali.

Perkembangan sebelumnya.
PII kal. Sel tidak berdiri sendiri. Ada gerakan2 Pelajar Islam atau Pemuda Islam sebelumnya. Ini biasa . “ Patah tumbuh hilang berganti “ atau “ Esa hilang dua terbilang “.

Terlalu jauh kalau dibicarakan sejak mulai perang Banjar, yang menurut sejarah sudah ada Gerakan Pelajarnya yang disebutkan “ Thalabah “. Biarlah kita ambil sejak tahun dua puluhan saja, sejak mulai berdirinya Kepanduan “ Hizbulwathan “ dengan Pemuda Muhammadiahnya, yang anggota2nya sebagian besar Pemuda Pelajar.

Kemudian tahun 1928, berdirilah “ J.I.B.” ( Jong Islamiten Bond ) dikota ini yang diseponsori oleh Anwary Dilmy, Rektor Unlam sekarang ini dan Burhanuddin ( almarhum ) .

Tahun tiga puluhan berdiri pula Pemuda Musyawatuthalibin, yang sebelumnya berdiri “ Fatal Islam “, artinya Pemuda Islam, biarpun setahu saya Pengurus dan anggota2nya sebagian besar bukan Pemuda lagi. Seterusnya berdiri ANSHOR dari Nahdlatul Ulama .

Sewaktu Revolusi Phisik, berdiri pula BASMI ( Barisan Muslimin Indonesia ) Onderrbou dari Partai Politik SERMI (Serikat Muslimin Indonesia ). Keanggotaan BASMI selain Pelajar, juga Pemuda.

Maka satu2nya Organisasi Pelajar yang berdiri sesudah Penyerahan Kedaulatan di Kalimantan ini, ialah PII pada tahun 1951. kemudian menyusun GPII, ANSHOR, HMI lanjutan atau penjelmaan dari “ J. I.B.”,IPNU, PMIIdan seterusnya.

Penutup .
Sekian uraian serba singkat ini. Pasti ada kelemahannya, kekurangannya dan sebagainya. Ini karena ketiadaan waktu untuk menyusun dan kebetulan tentu saja/ ruangan Brosur kecil ini tidak akan mampu untuk menampungnya. Maka segala kekurangan2 tersebut terlebih dahulu saya ucapkan ma’af.

Saya percaya, sesudah Peringatan HARBA PII ke 28 ini, sejarah PII Kal. Sel. Akan dapat tersusun dengan lengkap, sekurang-kurangnya Susunan Pengurus dari priode ke priode selanjutnya. Dan kemungkinan sudah terbaca dalam Brosur kecil ini. Mudah2an.

Banjarmasin, 26 April 1975.-

*Tulisan di atas ditulis dengan seadanya sebagaimana naskah aslinya. Karakteristik tulisan tahun ’75 an dan karakter mesin ketik ditahun itu dengan segala kesalahannya.

Jumat, 15 Februari 2008

Yang Tertinggal dari Harba PII Ke 60 di Kalsel

Banjarmasin ( Berita ) : Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PB PII), A.Hakam Naja mengingatkan semua elemen dan komponen bangsanya agar jangan menjadi kuli di antara bangsa-bangsa dunia.

“Untuk itu sejak dini kita harus menyiapkan generasi bangsa kita mendatang agar lebih berkualitas serta bisa kompetitif pada masa mendatang,” ujarnya pada Hari Bangkit (Harba) ke-60 PII Tingkat Provinsi Kalimantan Selatan 2007 di Banjarmasin, Minggu [14/05] malam.


Perasiapan generasi bangsa dimaksud antara lain dengan terus berupaya meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan dari tingkat dasar hingga lanjutan sampai perguruan tinggi.

Hakam yang juga Wakil Ketua Komisi X DPR-RI dari Fraksi Partai Amanat Nasional (FPAN) itu mengaku miris melihat perkembangan dan kepedulian bangsa-bangsa lain dalam hal pendidikan pada kurun waktu beberapa tahun belakangan ini.

“Sebagai contoh kalau dulu Malaysia banyak mengirim orang untuk studi di Indonesia, seperti di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, tapi kini terbalik yaitu kita yang berguru ke negeri jiran tersebut,” ungkapnya.

Dalam contoh tersebut, Wakil Ketua Komisi X DPR yang juga membidangi pendidikan itu mengungkap perbandingan angka-angka, seperti di Universitas Al Azhar Kairo Mesir, warga negara Indonesia (WNI) yang studi tercatat 2.500 orang, sementara Malaysia 5.000 orang.

“Warga Malaysia yang studi di negeri ‘piramit’ itu semuanya atas biaya pemerintah negara mereka, tapi bagaimana Indonesia,” lanjut salah seorang Ketua Pengurus Pusat Keluarga Besar PII tersebut dengan nada menyindir.

Begitu pula WNI yang studi di Amerika Serikat (USA) tercatat 17.000 orang, sedangkan dari negeri jiran Malaysia yang menimba ilmu di negeri “Paman Syam” itu tercatat 50.000 orang.

“Oleh sebab itu, ke depan harus lebih serius menyiapkan SDM generasi bangsa untuk menghadapi persaingan bangsa-bangsa internasional. Karenanya insya Allah secara bertahap kita kirim pelajar studi keluar negeri dengan jumlah besar,” tandasnya.

“Karena sekarang saja Indonesia sudah kemasukan tenaga ahli dari asing, seperti bidang kedokteran dan ilmu-ilmu sosial lainnya,” demikian Hakam.

Memberikan sambutan Sekda Kalsel, Drs.H.Muchlis Gafuri serta Walikota Banjarmasin, H.A. Yudhi Wahyuni yang pada pokoknya menekankan arti pentingnya pendidikan bagi generasi muda bangsa.

Oleh karena itu, kedua petinggi Kalsel dan Banjarmasin tersebut minta PII untuk senantiasa konsiten dalam menimba ilmu guna peningkatan mutu SDM ke depan yang pernuh dengan berbagai tantangan.

Harba ke-60 PII Kalsel yang berlangsung di Aula Kayuh Baimbai Pemko Banjarmasin itu, juga mendapat hiburan kesenian daerah Madihin oleh pasang Jumairi dan M.Said Adani (ayah dan anak) juara I festival Madihin se provinsi tersebut tahun 2006.

Lantunan syair madihin dari Said yang baru selesai kelasa VI sekolah dasar itu membuat gelak tawa pengunjung, termasuk tamu dari Ibukota Negara Jakarta.

Suasana di kota santri

Suasana di kota santri